Jumat, 30 September 2016

Penguasa, Pengusaha dan Tentara

(Intro):

Teman-teman voters Pilkada Jakarta 2017,
Kalian semua yang tinggal di ibukota,
Yang datang dari seantero Nusantara,
Yang mengerti bahwa ini dulu Djayakarta,
Tentu saja tak lupa ini kota yang sama dengan Batavia.

Konon inilah episentrum dinamika perpolitikan bangsa,

Etalase dengan semua unsur SARA memajang diri dalam kanvas yang sama,

Sampai kerap tak sadar bahwa Gubernur bukan pemimpin negara.


Sesekali kita buat selebrasi agung ini tidak melulu beriring simfoni,
goyang Pantura yang seksi, alunan nada gambang suling apalagi lenggok tari remaja putri,

So, here you are,
a song lyrics proposal,
from a newbie hip-hop writer,
for those who enjoy being a rapper.

(Refrain)

Ini kota tak sekedar metropolitan,
tapi sudah megapolitan,
Tak hanya penyembah Setan,
Tapi juga dihuni oleh pemuja Tuhan,
Silahkan pilih yang buat kalian berkenan,
Sepanjang itu militan, bukan pemimpin titipan,
Tak soal entah dia taipan atau hanya jongos emperan.


Sepanjang dia mau berteman, Tak lupa janji yang dia pernah ucapkan, Coz at the end of the day ... you are the one, the chosen one.Yes, you are all chosen, both you who know or not ReverbNation (well, ignore this one).

(Rapped rythmically and speedily):

Untuk Jakarta sekarang ini,
Saya lebih suka dengan yang murni pemimpin dan pemimpin yang murni,
Berpengalaman tidak hanya berurusan dengan metromini, rok mini,
tetapi juga mampu menahan haru mendengar tangis para penghibur lelaki, sambil dimaki para preman penjaga lokalisasi,
Bisa pengusaha atau profesional sejati,
Bisa juga politisi yang tak lupa dialektika hati nurani,
Selama dia setia pada ikrar bakti,
Come on, vote your leader.

Sebab pada kenyataannya pemimpin yang berlatar belakang pengusaha adalah orang-orang yang berani bertarung denyan nalar dan nyali serta komitmen investasi tak hanya bisa esmosi
yang berani mengambil resiko dan memiliki wawasan luas menghadapitantangan ekonomi yang serba tak pasti.
Comeon, vote your leader.

Meski ini juga tidak berarti bahwa saya tidak suka dengan mantan menteri,
atau prajurit yang konon kuat berdiri dan berlari berhari-hari di terik matahari membela negeri dari ancaman senjata api.
Come on, vote your leader.

Pun saya tak tahu pasti mengapa banyak yang alergi dengan potisi,
Bukankah sejak dulu kita menyerahkan nasib pada pena para penebar janji dan penyusun konstitusi, 
Sudah lama bahkan sebelum negeri ini berdiri,
(So) Come on, vote your leader.

Semoga nanti mereka bisa berdamai di akhir cerita dan kembali bekerjasama,
entah menata dunia usaha, urus wargarnegara, budaya dan merekatkan kembali identitas berbangsa,
Sebab Jakarta hanyalah bagian dari dunia desa,
Maka jangan lupa bahwa warga bukan hanya atasan, bos, atau komandan,tetapi juga pengamen yang tinggal di emperan.
Tinggalkan mental raja diraja dan tuan hamba.
Sepanjang mereka tidak lupa sudah berbuat apa, eh malah bernafsu untuk berkuasa (bisa kualat lho).
Jangan yang tidak ahli di bidangnya, jangan yang hanya pencitraaan semata.
Apalagi titipan dari teman lama yang tak sampai hati dinastinya berakhir begitu saja.
Come on, vote your leader.


(Spoken unmelodiously)


Maka dari itu,
ye all suporters, 
haters, 
click-baiters,
normals,
or those who spit "fuck being normal"

Bersatulah, 
Vote for your leader.
(Back to refrain):

Ini kota tak sekedar metropolitan,
tapi sudah megapolitan.
Tak hanya penyembah Setan,
Tapi juga dihuni oleh pemuja Tuhan,
Silahkan pilih yang buat kalian berkenan, 
Sepanjang itu militan, bukan pemimpin titipan,
Tak soal entah dia taipan atau hanya jongos emperan.